Jumat, 14 November 2008



CERPEN

§ Cerpen singkatan dari cerita pendek adalah cerita yang dapat dibaca dengan cepat tanpa membutuhkan waktu yang cukup lama.

§ Dalam sebuah cerpen, penulis biasanya menampilkan sejumlah tokoh yang dapat berwujud manusia maupun benda dan pesan yang terkandung dalam cerita yang dituliskannya tersebut (amanat).

§ Dalam membaca cerpen kita dituntut untuk memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Suara, intonasi, dan lafalnya harus jelas.
2. Mimik dan ekspresi harus sesuai dengan cerita yang
dibaca.
3. Kesesuaian alur cerita

§ Cara membaca cerpen yang benar :
1. Sebelum membacanya di depan umum, pastikan mata kita tidak selalu tertuju pada teks. Oleh karena itu, baca terlebih dahulu.
2. Pastikan suara, lafal dan intonasinya jelas.
3. Memasang mimik yang sesuai dengan jalan cerita yang kita baca.
4. Alur cerita yang kita bacakan harus benar.
5. Jika perlu, gunakan alat peraga yang dapat memperjelas jalan cerita.



KAUS KAKI KESI
OLEH : NOVI ARMININGSIH

Nanti sore, Kesi akan pindah rumah. Kesi adalah tetangga sebelah rumah Disa. Kesi orangnya baik dan murah hati. Disa berteman dengan Kesi. Orang tua Kesi juga sangat ramah. Kadang mereka mengajak Disa bertamasya bersama. Ibu Disa mempercayai keluarga Kesi. Bahkan kadang Disa dititipkan pada mereka apabila Ibu ada keperluan.
Disa bermaksud membeli dua pasang kaus kaki berjari. Satu untuknya dan satu lagi untuk Kesi, tentunya. Dengan harapan Kesi akan teringat padanya bila dia memakai kaus kaki itu.
Maka ketika Ibu akan pergi berbelanja, Disa merengek minta ikut, meminta agar Ibu membelikan hadiah kenang-kenangan untuk Kesi. Kali ini Ibu mengabulkan permintaannya.
Disa dan Ibu pergi ke toko pakaian yang juga menjual kaus kaki. Toko itu cukup besar tapi Disa dan Ibu berdesakan dengan pembeli lain.
Seorang penjaga toko yang ramah mempersilakan mereka untuk melihat-lihat barang yang dicari. Disa tertarik pada sepasang kaus kaki, sayang model yang sama hanya tinggal dua buah. Satu pasang berwarna merah dan satu pasang lagi berwarna hitam. Padahal Disa ingin model dan warna yang sama.
“Kaus kaki yang ini saja, Disa! Lihat gambarnya bagus kan?” bujuk Ibu.
Disa menggeleng. “Aku mau yang sama Bu, baik bentuk dan warnanya!“
“Kalau ingin model dan warna yang sama baru besok. Adik mau menunggu ?“ tanya penjaga toko.
Wah, kalau harus besok tidak sempat, Kesi keburu pindah. Disa menjadi bimbang. Akhirnya dengan kecewa Disa membelinya.
Sesampai di rumah, kaus kaki itu diletakkan di atas meja. Disa hanya bisa memandanginya, tak tahu apa yang harus dilakukan. Rencananya gagal total.
Suara anak laki-laki yang dia kenal membuatnya mengalihkan pandangan. Panji, saudara sepupu Disa, yang seumur dengannya menghampiri.
“Disa, lihat hadiah yang kubawa untuk Kesi! Kau tahu isinya?”
“Topi,” sahut Disa sekenanya.
“Salah!”
“Baju,” Disa kembali menebak.
“Masih salah!” Panji berteriak kegirangan karena Disa tak berhasil menebak.
“ Aku menyerah,” kata Disa lesu.
“Jawabannya adalah... pen...sil...war...na...!” kata Panji.
“Pensil warna?” ulang Disa.
Panji mengangguk. “Kalau Kesi menggunakan pensil warna ini pasti dia akan teringat wajah tampan ini,” gurau Panji.
Disa diam saja. Panji yang melihat wajah murung saudara sepupunya bertanya, “Kau sakit Disa?”
Disa menggeleng lemah, lalu menceritakan hal yang merisaukan hatinya. Panji mulai paham.
“Rasanya hadiahku ini tak akan berguna,” gerutu Disa.
“Ah, kau jangan berkata begitu! Kata Nenek semua hadiah itu baik. Hadiah membuat hati seseorang bahagía berapapun nilainya,” Panji mencoba menghibur Disa.
Disa tersenyum kecil. Panji selalu ingat setiap nasihat Nenek. Dia juga lebih pandai dan lebih sabar dibanding Disa.
“Aku akan membantumu,” dengan cepat Panji mencari akal. “Ya, aku tahu,” teriak Panji dengan gembira. Lalu dia menyuruh Disa mengambil gunting, benang hitam, dan jarum jahit.
Disa heran dengan permintaannya itu. “Untuk apa?” tanya Disa.
“Ambil sajalah,” pinta Panji.
Disa pun segera mengambil kotak peralatan menjahit Ibu dan diserahkan pada sepupunya yang sok tahu itu.
“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Disa penasaran.
Panji tak menyahut. Dia segera berlari ke dapur berteriak memanggil Ibu Disa. Lalu dia menceritakan semua idenya kepada Ibu. Wanita cantik itu tersenyum dan mengusap rambut Panji.
“Wah Nji, idemu bagus sekali.” Ibu langsung membuka bungkus kaus kaki dengan hati-hati agar tidak sobek. Pertama-tama Ibu menggunting kaus kaki berwarna merah menjadi dua bagian yang sama dan kemudian menggunting kaus kaki berwarna hitam menjadi dua bagian yang sama pula.
“Ibu mengguntingnya?“ jerit Disa panik.
“Tenang saja... kau pasti suka, serahkan semua ini padaku dan Bude,“ sahut Panji.
Ibu tersenyum mendengar ocehan Panji. Lalu Ibu menggabungkan bagian atas yang berwarna merah dan bagian bawah yang berwarna hitam, pelan-pelan Ibu menjahit kaus kaki yang sudah dipotong itu.
Ibu menjahit dengan hati-hati. Jahitan Ibu rapi sekali. Disa dan Panji memperhatikannya. Disa masih tak mengerti apa yang akan terjadi dengan kedua pasang kaus kaki itu. Ketika Ibu selesai menjahit, kaus kaki itu telah berganti rupa, dengan model dan warna yang sama.
“Terima kasih, Bu!“ ujar Disa senang.
“Jangan lupa ini semua ide Panji,” tambah Ibu.
“Ya benar!” Disa setuju. “Kau cerdik sekali Nji,” puji Disa sambil memeluk Ibu dan Panji bergantian.
“Ah yang penting langit kembali cerah,” sahut Panji merendah.
“Ayo sini Ibu bantu memasukkan kembali ke dalam bungkusnya.”
Sorepun datang.
Keluarga Kesi berpamitan pada keluarga Disa. Suasana sungguh penuh keharuan. Panji segera memberikan hadiah yang telah ia persiapkan dari rumah untuk Kesi.
“Terima kasih Nji,” kata Kesi terharu.
Disa pun tak mau kalah.
“Ini dariku Kesi. Bukalah!“
Kesi membukanya. Matanya bersinar riang. “Disa, ini bagus sekali. Aku suka dengan warna dan bentuknya. Terima kasih Disa.“ Kesi memeluk Disa.
Disa tersenyum sambil mengedipkan mata ke arah Panji dan Ibu.


Novi Arminingsih
Penulis Cerita Anak
Tinggal di Bekasi
( dimuat dalam Kompas Anak edisi Kompas Minggu, 2 Maret 2008 )

Amanat dalam cerita di atas :
1. Jangan panik ketika menghadapi suatu masalah, karena setiap masalah pasti selalu ada penyelesaiannya / jalan keluarnya.
2. Pelihara selalu persahabatan yang telah dibina karena sahabat adalah kawan sejati. Mudah mencari lawan tapi sangat sulit mencari kawan.












NABILLA KHAIRUNNISA ISHADI
Kelas VII A






.

2 komentar:

Eunike Marsino mengatakan...

nabila! kok namanya punya khakana

Eunike Marsino mengatakan...

nabila! kok namanya punya khakana sih?