Rabu, 12 November 2008

Pengalaman yang Mengesankan

OH CUINGKU.....

Lebaran tahun ini merupakan lebaran pertamaku di SMP. Sebelum libur lebaran, aku mendapatkan THR. Tapi, THR yang satu ini bukan seperti yang dibayangkan di benak banyak orang (Tunjangan Hari Raya), tapi THR di sini ialah Tugas Hari Raya. Selain bermaaf-maafan dan bersilaturahmi, lebaran kali ini aku mendapatkan istilah-istilah baru yang kedengarannya sedikit aneh dan menggelikan.
Hari pertama lebaran, bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 2008, kami berkumpul bersama dan makan hidangan khas Lebaran, yaitu ketupat, semur daging, dan opor ayam.
Seperti tahun lalu, lebaran kali ini kami mudik ke kampung halaman nenek saya di Majalengka, Jawa Barat. Di sana tinggal adik dan beberapa saudara dari nenek saya. Meskipun terjadi kemacetan disana sini, perjalanan mudik ini tetap kami lakukan dengan suka cita karena diluar hari Raya, kami sulit bertemu akibat kesibukan masing-masing, paling-paling untuk melenas rindu kami hanya bisa bersua suara alias bertelepon sekedar untuk mengirim kabar.
Sebelum ke Majalengka, kami sempat mampir ke Bandung dan Tasikmalaya. Hal ini sudah menjadi agenda wajib kami. Karena kami berasal dari keluarga besar dan tinggal berpencar di seantero Nusantara, hari Lebaran kami usahakan untuk berkumpul.
Hari kedua kami kumpul di Bandung dengan segenap saudara dari ibuku, seru banget dan suasana ini sangat kami nanti-nantikan. Sementara di hari ketiga kami bersilaturahmi dengan saudara-saudara dari pihak ayah di Tasikmalaya. Setiap tahunnya, keluarga besar ini rutin mengadakan acara silaturahmi di hari ketiga Syawal. Acara tersebut selalu diadakan di rumah kakekku.
Saat di Majalengka, ini tempat yang aku tunggu-tunggu, aku mencari minuman yang sebenarnya sering ditemui di Jakarta. Tapi kalau di Majalengka rasanya berbeda. Pokoknya enak, seger kalau dinikmati waktu siang hari yang terik. Minuman ini juga bisa memperlancar pencernaan dan yang pasti menghilangkan rasa haus.
Minuman yang aku cari adalah, cincau! Sederhana kan? Tapi, kata saudara-saudaraku, cincau Majalengka itu enak banget. Cincau dalam bahasa Sunda ialah "cuing“. Benar kan, aneh sekaligus lucu bunyinya? Kalau di Jakarta kan cincau itu disajikan pakai santan sama sirup merah. Kalau ini enggak, lebih alami malah. Cukup pakai santan dan gula merah yang dicairkan. Lebih sehat kan? Ada lagi nih bedanya, kalau pedagang cincau itu biasanya pakai gerobak, kalau di Majalengka sudah modern, pakai motor! Hebat kan?
Meskipun di Majalengka saudaraku yang ada sudah tidak banyak, setidaknya masih ada yang bisa dinikmati disana. Yang pertama, banyak makanan yang enak-enak yang jarang ataupun tidak akan pernah ditemui di Jakarta. Yang kedua, saudaraku di Majalengka ini pintar masak. Kan enak ya, bisa makn enak dengan gratis. Hahahaha........
Yang ketiga, hampir di setiap rumah bisa dipastikan ada pohon mangganya. Dan biasanya, mangga-mangga itu dibiarkan sampai benar-benar matang di pohonnya. Di Jakarta, mangga seperti itu dijual dengan harga mahal kalau di swalayan. Kalau ini gratis, tinggal petik (kalau pohonnya punya sendiri), syukur-syukur dikasih sama yang punya. Hehehe.......
Kata ibuku, Majalengka ini dulunya sejuk, anginnya sepoi-sepoi kalu sore, kalinya deras, besar-besar pula. Enaklah pokoknya! Tapi sekarang sudah berbeda. Panas terik, tanahnya ada yang pecah-pecah, dan terkadang sulit air. Maka itu, kalau sedang tengah hari, makan cuing aja ! Kalau kita telan, cuingnya perlahan-lahan masuk ke perut kita dan menyisakan dingin di tenggorokan kita.
Selanjutnya soal pohon mangga. Saat kami berkunjung ke Majalengka, tepat saat itu sedang musim mangga. Karena pohon mangga di rumah saudaraku sudah berbuah dan dipastikan mangganya matang pohon, segera saja kami memetik mangga tersebut. Rasanya manis banget! Ada juga yang belum matang, namun tetap kami petik. Yang belum matang tadi kami buat rujak. Kebetulan hari sedang panas. Jadilah kami keringetan karena sambal rujak yang pedaaaaaaaaaaaas sekali ! Mangga tadi sebagian dibawa ke Jakarta, selain untuk bekal, kami juga ingat untuk memberi oleh-oleh tetangga, kalau pulang dengan tangan kosong nggak afdol dong......
Memang sama sekali tidak terasa waktu bergulir. Tiba-tiba, libur Lebaran tersisa tinggal satu minggu lagi. Tapi sungguh, libur Lebaran kali ini memberikan pengalaman berkesan. Aku dapat makanan enak, dan kata-kata baru yang terdengar sangat aneh.
Karena libur hanya menyisakan waktu satu minggu lagi, sesudah sampai ke Jakarta, rutinitasku kembali lagi. Mengerjakan THR alias Tugas Hari Raya. Tapi, selain itu masih ada tugas-tugas lain yang belum dikerjakan dan ulangan harian telah menunggu. Jadi, dengan waktu satu minggu yang tersisa aku harus bisa menyelesaikan itu semua.



NABILLA KHAIRUNNISA ISHADI
Kelas VII A

Tidak ada komentar: