Jumat, 31 Juli 2009

Kelas 8c

Haaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa.........
Nggak kerasa udah kelas 8 (hanya omongan). Pinginnya sih, balik lagi ke 7a (I miss Ra7atouille). Wiiiiihhh.... temennya bary2 meskipun udah kenal. Biasa lah, saya jadi rohis lagi :D. Nama kelasnya Fli8ckr.com, karena temanya website (maksa sih, tapi maunya begitu.....). Udah ah, males nulis....

Jumat, 12 Juni 2009

Wawancara Untuk SportyMagzzzz!

Sebelum masuk ke sesi wawancara, setelah perkenalan kemudian mengungkapkan maksud dan tujuan wawancara, dilanjutkan dengan melakukan pengecekan biodata pihak yang diwawancara, dengan data yang sudah ada, misalnya : Nama lengkap dan tanggal lahir.

DAFTAR PERTANYAAN

1. Sejak kapan menyukai sepak bola?
2. Mengapa menyukainya?
3. Selain di sekolah, apakah ada klub lain yang diikuti?
4. Siapakah tokoh olah raga yang disukai?
5. Apa yang membuat tokoh tersebut disukai?
6. Klub apa saja yang disukai?
7. Sampai saat ini, pertandingan apa saja yang sudah diikuti?
8. Prestasi apa saja yang sudah dicapai?
9. Kira-kira, ada nggak sih, pengalaman yang paling mengesankan saat ikut pertandingan?
10. Berapa kali porsi latihan seminggu?
11. Apa saja manfaat olah raga, selain sehat tentunya?
12. Ada keinginan atau cita-cita menjadi pemain profesional suatu hari nanti?

Setelah selesai wawancara/ mengajukan pertanyaan yang ingin disampaikan, kemudian wawancara ditutup dengan tidak lupa mengucapkan terima kasih atas waktu yang telah diberikan.
Wawancara oleh : Nabilla Khairunnisa Ishadi 7-a
Narasumber : Kak Sahil; 9A

Ujian Praktek Bahasa Indonesia

“Penggunaan HP di Sekolah”
Seiring dengan pesatnya perkembangan di bidang telepon selular, akhir-akhir ini HP tidak hanya berfungsi sebagai alat komunikasi saja, tapi juga bisa digunakan untuk pemutaran video, internet, perekam suara dan gambar. HP juga dilengkapi dengan kamera, bluetooth, dan sebagainya.
Mencermati pergeseran penggunaan HP tersebut, SMP Labschool Kebayoran membuat aturan baru yang memberikan batasan penggunaan HP. Pada tanggal 28 Mei 2009 dikeluarkan pemberitahuan dari sekolah tentang penggunaan HP yang diperuntukkan bagi para siswa/ siswi SMP Labschool Kebayoran tanpa kecuali. Aturan ini akan mulai berlaku terhitung sejak tahun ajaran baru 2009-2010.
Aturan baru tersebut dipandang perlu mengingat akhir-akhir ini banyak terjadi tindakan kriminal yang disebabkan oleh HP. Sebut saja pencurian HP di lingkungan sekolah dan penodongan HP di jalan. HP juga berperan sebagai penyimpan media yang tidak boleh dikonsumsi bagi para pelajar. Selain itu, fitur-fitur canggih yang ada dalam perangkat HP sering disalahgunakan. HP juga memungkinkan terjadinya kecemburuan sosial.
Mengamati dikeluarkannya aturan ini, pihak sekolah bersikap bijaksana. Para siswa tidak dilarang untuk membawa dan menggunakan HP, tetapi hanya melarang siswa/i menggunakan HP yang berfitur canggih ataupun berlebihan. Fungsi HP dikembalikan pada fungsi semula yaitu sebagai alat komunikasi suara dan pesan tulisan.

Oleh :
Nabilla Khairunnisa Ishadi
Kelas : 7a

Jumat, 14 November 2008



CERPEN

§ Cerpen singkatan dari cerita pendek adalah cerita yang dapat dibaca dengan cepat tanpa membutuhkan waktu yang cukup lama.

§ Dalam sebuah cerpen, penulis biasanya menampilkan sejumlah tokoh yang dapat berwujud manusia maupun benda dan pesan yang terkandung dalam cerita yang dituliskannya tersebut (amanat).

§ Dalam membaca cerpen kita dituntut untuk memperhatikan hal-hal berikut ini :
1. Suara, intonasi, dan lafalnya harus jelas.
2. Mimik dan ekspresi harus sesuai dengan cerita yang
dibaca.
3. Kesesuaian alur cerita

§ Cara membaca cerpen yang benar :
1. Sebelum membacanya di depan umum, pastikan mata kita tidak selalu tertuju pada teks. Oleh karena itu, baca terlebih dahulu.
2. Pastikan suara, lafal dan intonasinya jelas.
3. Memasang mimik yang sesuai dengan jalan cerita yang kita baca.
4. Alur cerita yang kita bacakan harus benar.
5. Jika perlu, gunakan alat peraga yang dapat memperjelas jalan cerita.



KAUS KAKI KESI
OLEH : NOVI ARMININGSIH

Nanti sore, Kesi akan pindah rumah. Kesi adalah tetangga sebelah rumah Disa. Kesi orangnya baik dan murah hati. Disa berteman dengan Kesi. Orang tua Kesi juga sangat ramah. Kadang mereka mengajak Disa bertamasya bersama. Ibu Disa mempercayai keluarga Kesi. Bahkan kadang Disa dititipkan pada mereka apabila Ibu ada keperluan.
Disa bermaksud membeli dua pasang kaus kaki berjari. Satu untuknya dan satu lagi untuk Kesi, tentunya. Dengan harapan Kesi akan teringat padanya bila dia memakai kaus kaki itu.
Maka ketika Ibu akan pergi berbelanja, Disa merengek minta ikut, meminta agar Ibu membelikan hadiah kenang-kenangan untuk Kesi. Kali ini Ibu mengabulkan permintaannya.
Disa dan Ibu pergi ke toko pakaian yang juga menjual kaus kaki. Toko itu cukup besar tapi Disa dan Ibu berdesakan dengan pembeli lain.
Seorang penjaga toko yang ramah mempersilakan mereka untuk melihat-lihat barang yang dicari. Disa tertarik pada sepasang kaus kaki, sayang model yang sama hanya tinggal dua buah. Satu pasang berwarna merah dan satu pasang lagi berwarna hitam. Padahal Disa ingin model dan warna yang sama.
“Kaus kaki yang ini saja, Disa! Lihat gambarnya bagus kan?” bujuk Ibu.
Disa menggeleng. “Aku mau yang sama Bu, baik bentuk dan warnanya!“
“Kalau ingin model dan warna yang sama baru besok. Adik mau menunggu ?“ tanya penjaga toko.
Wah, kalau harus besok tidak sempat, Kesi keburu pindah. Disa menjadi bimbang. Akhirnya dengan kecewa Disa membelinya.
Sesampai di rumah, kaus kaki itu diletakkan di atas meja. Disa hanya bisa memandanginya, tak tahu apa yang harus dilakukan. Rencananya gagal total.
Suara anak laki-laki yang dia kenal membuatnya mengalihkan pandangan. Panji, saudara sepupu Disa, yang seumur dengannya menghampiri.
“Disa, lihat hadiah yang kubawa untuk Kesi! Kau tahu isinya?”
“Topi,” sahut Disa sekenanya.
“Salah!”
“Baju,” Disa kembali menebak.
“Masih salah!” Panji berteriak kegirangan karena Disa tak berhasil menebak.
“ Aku menyerah,” kata Disa lesu.
“Jawabannya adalah... pen...sil...war...na...!” kata Panji.
“Pensil warna?” ulang Disa.
Panji mengangguk. “Kalau Kesi menggunakan pensil warna ini pasti dia akan teringat wajah tampan ini,” gurau Panji.
Disa diam saja. Panji yang melihat wajah murung saudara sepupunya bertanya, “Kau sakit Disa?”
Disa menggeleng lemah, lalu menceritakan hal yang merisaukan hatinya. Panji mulai paham.
“Rasanya hadiahku ini tak akan berguna,” gerutu Disa.
“Ah, kau jangan berkata begitu! Kata Nenek semua hadiah itu baik. Hadiah membuat hati seseorang bahagĂ­a berapapun nilainya,” Panji mencoba menghibur Disa.
Disa tersenyum kecil. Panji selalu ingat setiap nasihat Nenek. Dia juga lebih pandai dan lebih sabar dibanding Disa.
“Aku akan membantumu,” dengan cepat Panji mencari akal. “Ya, aku tahu,” teriak Panji dengan gembira. Lalu dia menyuruh Disa mengambil gunting, benang hitam, dan jarum jahit.
Disa heran dengan permintaannya itu. “Untuk apa?” tanya Disa.
“Ambil sajalah,” pinta Panji.
Disa pun segera mengambil kotak peralatan menjahit Ibu dan diserahkan pada sepupunya yang sok tahu itu.
“Apa yang akan kau lakukan?” tanya Disa penasaran.
Panji tak menyahut. Dia segera berlari ke dapur berteriak memanggil Ibu Disa. Lalu dia menceritakan semua idenya kepada Ibu. Wanita cantik itu tersenyum dan mengusap rambut Panji.
“Wah Nji, idemu bagus sekali.” Ibu langsung membuka bungkus kaus kaki dengan hati-hati agar tidak sobek. Pertama-tama Ibu menggunting kaus kaki berwarna merah menjadi dua bagian yang sama dan kemudian menggunting kaus kaki berwarna hitam menjadi dua bagian yang sama pula.
“Ibu mengguntingnya?“ jerit Disa panik.
“Tenang saja... kau pasti suka, serahkan semua ini padaku dan Bude,“ sahut Panji.
Ibu tersenyum mendengar ocehan Panji. Lalu Ibu menggabungkan bagian atas yang berwarna merah dan bagian bawah yang berwarna hitam, pelan-pelan Ibu menjahit kaus kaki yang sudah dipotong itu.
Ibu menjahit dengan hati-hati. Jahitan Ibu rapi sekali. Disa dan Panji memperhatikannya. Disa masih tak mengerti apa yang akan terjadi dengan kedua pasang kaus kaki itu. Ketika Ibu selesai menjahit, kaus kaki itu telah berganti rupa, dengan model dan warna yang sama.
“Terima kasih, Bu!“ ujar Disa senang.
“Jangan lupa ini semua ide Panji,” tambah Ibu.
“Ya benar!” Disa setuju. “Kau cerdik sekali Nji,” puji Disa sambil memeluk Ibu dan Panji bergantian.
“Ah yang penting langit kembali cerah,” sahut Panji merendah.
“Ayo sini Ibu bantu memasukkan kembali ke dalam bungkusnya.”
Sorepun datang.
Keluarga Kesi berpamitan pada keluarga Disa. Suasana sungguh penuh keharuan. Panji segera memberikan hadiah yang telah ia persiapkan dari rumah untuk Kesi.
“Terima kasih Nji,” kata Kesi terharu.
Disa pun tak mau kalah.
“Ini dariku Kesi. Bukalah!“
Kesi membukanya. Matanya bersinar riang. “Disa, ini bagus sekali. Aku suka dengan warna dan bentuknya. Terima kasih Disa.“ Kesi memeluk Disa.
Disa tersenyum sambil mengedipkan mata ke arah Panji dan Ibu.


Novi Arminingsih
Penulis Cerita Anak
Tinggal di Bekasi
( dimuat dalam Kompas Anak edisi Kompas Minggu, 2 Maret 2008 )

Amanat dalam cerita di atas :
1. Jangan panik ketika menghadapi suatu masalah, karena setiap masalah pasti selalu ada penyelesaiannya / jalan keluarnya.
2. Pelihara selalu persahabatan yang telah dibina karena sahabat adalah kawan sejati. Mudah mencari lawan tapi sangat sulit mencari kawan.












NABILLA KHAIRUNNISA ISHADI
Kelas VII A






.

Rabu, 12 November 2008

Pengalaman yang Mengesankan

OH CUINGKU.....

Lebaran tahun ini merupakan lebaran pertamaku di SMP. Sebelum libur lebaran, aku mendapatkan THR. Tapi, THR yang satu ini bukan seperti yang dibayangkan di benak banyak orang (Tunjangan Hari Raya), tapi THR di sini ialah Tugas Hari Raya. Selain bermaaf-maafan dan bersilaturahmi, lebaran kali ini aku mendapatkan istilah-istilah baru yang kedengarannya sedikit aneh dan menggelikan.
Hari pertama lebaran, bertepatan dengan tanggal 1 Oktober 2008, kami berkumpul bersama dan makan hidangan khas Lebaran, yaitu ketupat, semur daging, dan opor ayam.
Seperti tahun lalu, lebaran kali ini kami mudik ke kampung halaman nenek saya di Majalengka, Jawa Barat. Di sana tinggal adik dan beberapa saudara dari nenek saya. Meskipun terjadi kemacetan disana sini, perjalanan mudik ini tetap kami lakukan dengan suka cita karena diluar hari Raya, kami sulit bertemu akibat kesibukan masing-masing, paling-paling untuk melenas rindu kami hanya bisa bersua suara alias bertelepon sekedar untuk mengirim kabar.
Sebelum ke Majalengka, kami sempat mampir ke Bandung dan Tasikmalaya. Hal ini sudah menjadi agenda wajib kami. Karena kami berasal dari keluarga besar dan tinggal berpencar di seantero Nusantara, hari Lebaran kami usahakan untuk berkumpul.
Hari kedua kami kumpul di Bandung dengan segenap saudara dari ibuku, seru banget dan suasana ini sangat kami nanti-nantikan. Sementara di hari ketiga kami bersilaturahmi dengan saudara-saudara dari pihak ayah di Tasikmalaya. Setiap tahunnya, keluarga besar ini rutin mengadakan acara silaturahmi di hari ketiga Syawal. Acara tersebut selalu diadakan di rumah kakekku.
Saat di Majalengka, ini tempat yang aku tunggu-tunggu, aku mencari minuman yang sebenarnya sering ditemui di Jakarta. Tapi kalau di Majalengka rasanya berbeda. Pokoknya enak, seger kalau dinikmati waktu siang hari yang terik. Minuman ini juga bisa memperlancar pencernaan dan yang pasti menghilangkan rasa haus.
Minuman yang aku cari adalah, cincau! Sederhana kan? Tapi, kata saudara-saudaraku, cincau Majalengka itu enak banget. Cincau dalam bahasa Sunda ialah "cuing“. Benar kan, aneh sekaligus lucu bunyinya? Kalau di Jakarta kan cincau itu disajikan pakai santan sama sirup merah. Kalau ini enggak, lebih alami malah. Cukup pakai santan dan gula merah yang dicairkan. Lebih sehat kan? Ada lagi nih bedanya, kalau pedagang cincau itu biasanya pakai gerobak, kalau di Majalengka sudah modern, pakai motor! Hebat kan?
Meskipun di Majalengka saudaraku yang ada sudah tidak banyak, setidaknya masih ada yang bisa dinikmati disana. Yang pertama, banyak makanan yang enak-enak yang jarang ataupun tidak akan pernah ditemui di Jakarta. Yang kedua, saudaraku di Majalengka ini pintar masak. Kan enak ya, bisa makn enak dengan gratis. Hahahaha........
Yang ketiga, hampir di setiap rumah bisa dipastikan ada pohon mangganya. Dan biasanya, mangga-mangga itu dibiarkan sampai benar-benar matang di pohonnya. Di Jakarta, mangga seperti itu dijual dengan harga mahal kalau di swalayan. Kalau ini gratis, tinggal petik (kalau pohonnya punya sendiri), syukur-syukur dikasih sama yang punya. Hehehe.......
Kata ibuku, Majalengka ini dulunya sejuk, anginnya sepoi-sepoi kalu sore, kalinya deras, besar-besar pula. Enaklah pokoknya! Tapi sekarang sudah berbeda. Panas terik, tanahnya ada yang pecah-pecah, dan terkadang sulit air. Maka itu, kalau sedang tengah hari, makan cuing aja ! Kalau kita telan, cuingnya perlahan-lahan masuk ke perut kita dan menyisakan dingin di tenggorokan kita.
Selanjutnya soal pohon mangga. Saat kami berkunjung ke Majalengka, tepat saat itu sedang musim mangga. Karena pohon mangga di rumah saudaraku sudah berbuah dan dipastikan mangganya matang pohon, segera saja kami memetik mangga tersebut. Rasanya manis banget! Ada juga yang belum matang, namun tetap kami petik. Yang belum matang tadi kami buat rujak. Kebetulan hari sedang panas. Jadilah kami keringetan karena sambal rujak yang pedaaaaaaaaaaaas sekali ! Mangga tadi sebagian dibawa ke Jakarta, selain untuk bekal, kami juga ingat untuk memberi oleh-oleh tetangga, kalau pulang dengan tangan kosong nggak afdol dong......
Memang sama sekali tidak terasa waktu bergulir. Tiba-tiba, libur Lebaran tersisa tinggal satu minggu lagi. Tapi sungguh, libur Lebaran kali ini memberikan pengalaman berkesan. Aku dapat makanan enak, dan kata-kata baru yang terdengar sangat aneh.
Karena libur hanya menyisakan waktu satu minggu lagi, sesudah sampai ke Jakarta, rutinitasku kembali lagi. Mengerjakan THR alias Tugas Hari Raya. Tapi, selain itu masih ada tugas-tugas lain yang belum dikerjakan dan ulangan harian telah menunggu. Jadi, dengan waktu satu minggu yang tersisa aku harus bisa menyelesaikan itu semua.



NABILLA KHAIRUNNISA ISHADI
Kelas VII A

INFORMASI SURAT RESMI

SURAT RESMI

§ Surat resmi ialah surat yang ditulis dan dikirim oleh sebuah lembaga/instansi, kepada instansi lainnya.

§ Surat resmi memiliki 3 isi, yaitu pemberitahuan, undangan, dan permohonan.

§ Bagian-bagian surat resmi :
a. Kepala surat/kopsurat
b. Nomor surat
c. Tanggal surat
d. Lampiran
e. Perihal
f. Alamat yang dituju.
g. Salam pembuka.
h. Isi surat
i. Salam penutup
j. Nama instansi
k. Nama yang menandatangani surat
l. Jabatan/Nip
m. Tembusan




PUISI

PUISI

a. Puisi ialah sebuah karya tulis atau sebuah karangan kesusastraan yang bersajak-sajak dan tertulis dalam susunan kata-kata indah.

b. Dalam sebuah puisi berjenis puisi lama, biasanya terikat oleh pola/rima kata-kata di setiap akhir baris dalam puisi tersebut. Jumlah baris dalam satu bait dan pemilihan kata-kata pada puisi menggunakan ragam bahasa yang runtut sangat diperhatikan. Namun, saat ini banyak orang menulis puisi tidak terikat oleh hal-hal tersebut di atas.

c. Seorang penulis puisi disebut Penyair. Indonesia memiliki banyak pembaca dan penulis puisi yang masing-masing memiliki gaya bahasa dan gaya penulisan tersendiri yang berbeda-beda. Contohnya antara lain adalah : W.S. Rendra, Taufiq Ismail, Chairil Anwar, Sutardji Cholzum Bahri, dan Sapardi Joko Damono.

d. Membaca uisi harus disertai dengan mimik muka yang sesuai dengan isi puisi yang dibacakan. Intonasi juga harus diperhatikan dalam pembacaannya. Kita juga bisa memberikan gaya atau ekspresi yang sesuai dalam pembacaannya.




DOA

Tuhan kami
Telah nista kami dalam dosa bersama
Bertahun membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani

Ampunilah kami
Ampunilah
Amin

Tuhan kami
Telah terlalu mudah kami
Menggunakn asma-Mu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisan-Mu

Ampuni kami
Ampunilah
Amin

Karya TAUFIQ ISMAIL


A. Kata-kata sulit

a. Asma : Nama (menggunakan bahasa Arab, contohnya Asmaul Husna yang berarti nama-nama Allah S.W.T)
b. Ganda : Berlipat-lipat/banyak/kali (hitungan)
c. Kultus : Keyakinan/keimanan. Sesuatu yang dipercaya / diimani
d. Nista : Aib, cela, penghinaan, yang tidak dapat dihapuskan lagi
e. Nurani : Terang, bercahaya, hati

B. Mengartikan baris perbaris

Baris 1 dan 2 : Menunjukkan sebuah kesadaran yang dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kesalahan/aib yang telah diperbuat.
Baris 3, 4, dan 5 : Dalam pikiran yang banyak dan berlipat, bertahun-tahun membangun keimanan dan kepercayaan, dengan hati yang bercahaya.
Bait ke 2 : Bentuk permohonan ampunan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
Baris 9, 10, 11, dan 12 : Bentuk penyesalan seseorang kepada Tuhannya, karena terlalu mudah menggunakan nama-Nya setelah bertahun-tahun di muka bumi
Baris 13 dan 14 : Pengharapan agar diterima taubatnya.
Bait ke 4 : Bentuk permohonan ampunan atas kesalahan yang telah diperbuat kepada Tuhan.

C. Parafrase
DOA
Ya Tuhan, maafkanlah segala kesalahan kami selama ini. Bertahun-tahun kami membangun keimanan kami, kepercayaan kami kepada-Mu Tuhanku. Ampuni kami. Ya Tuhan, telah terlalu mudah bagi kami mengucapkan nama-Mu. Bertahun-tahun di muka bumi ini. Ya Tuhan, semoga Engkau mau menerima taubat ini, Ya Tuhanku. Kabulkanlah doaku.

D. Narasi
Jadi, puisi ini bercerita tentang seseorang yang mengakui segala kesalahannya dan ingin bertaubat/kembali ke jalan yang benar.

E. Pesan Pengarang
Dalam puisi ini pengarang berpesan agar kita selalu berada di jalan Tuhan. Tidak ada kata terlambat untuk bertaubat.


F. Pemberian Tanda Baca

DOA
Tuhan kami,
Telah nista kami// dalam dosa bersama
Bertahun// membangun kultus ini
Dalam pikiran yang ganda
Dan menutupi hati nurani

Ampunilah kami.............
Ampunilah!
Amin.........

Tuhan kami,
Telah terlalu mudah// kami
Menggunakan// asma-Mu
Bertahun di negeri ini
Semoga Kau rela menerima kembali
Kami dalam barisan-Mu

Ampuni kami..........
Ampunilah!
Amin..........

Catatan :
.......= Dibaca panjang dan agak merendah
¡ = pembacaan singkat dan agak keras
, = jeda sejenak
//= jeda













Nabilla Khairunnisa Ishadi
Kelas VII A